Selasa, 08 Januari 2013



Sejarah dan latar belakang 

Yalimo versi aktivis










Melalui catatan tertulis Sebby yang diterima tabloidjubi.com, Minggu (2/12) malam menyebut, dalam sejarah kehidupan manusia di tanah Papua, suku Yali adalah manusia kanibal. Suku Yali telah lama hidup sejak 2000 tahun silam di atas tanah adatnya, secara bebas dan damai dari Sejak Tuhan menempatkan Nenek moyangnya.
Suku tersebut memiliki Agama Suku Yali, dan menganut faham sosialis dengan penuh kasih yang murnih di antara sesama umat manusia. Yalimo adalah Nama Wilayah Adat, dan Yali adalah Suku atau Orang Yali. Yalimo artinya Matahari. Ap Yalimuon artinya Manusia dari Matahari Terbit. Matahari terbit sangat indah, oleh karena itu siapapun tidak boleh mengotorinya.
Dalam peradaban suku Yali, tidak memiliki musuh dari Suku lain di Papua, yang terutama Suku-Suku di Pegunungan Tengah Papua Barat. Misalnya, Suku Huburla, Suku Lani, Suku Wendasi, Suku Nduga, Suku Damal dan Amume, Suku Ekari, Suku Moni, Suku Gem, Suku Yonggal, Suku Yali Meek, Suku Una, Suku Ngalum dan Sub Sukunya.
Sebby mengatakan, kebiasan orang Yali adalah hanya memiliki musuh dalam lingkungan wilayah kekuasaan mereka. Permusuhan ini sebenarnya tidak berdasar, karena hal ini terjadi hanya oleh faktor masalah penyakit social internal. Artinya, bukan merupakan musuh abadi. Masalah penyakit social yang dimaksud muncul karena pertama, factor hak ulayat, dua, Faktor Perempuan (Bawa lari anak Gadis orang lain atau istri orang lain), ketiga, perampasan ternak (babi).
Wilayah tanah adat suku Yali tidak mengenal maling, dan segala kekayaan dikuasai dengan bebas. Mereka juga tak mengenal beradaban modern melalui Missi Pengabaran Injil Kristus dari sejak tahun 1960-an, wilayah tanah adat orang Yali tidak mengenal yang namanya kekerasan. Wilayah Tanah adat Yali secara umum adalah wilayah tanah damai ( Peace of Full Territory).
Menurut sejarah Yali, orang Yali tidak mengenal orang melayu Indonesia, baik dalam bayanganpun. Fakta sejarah membuktikan bahwa orang Indonesia dan Pemerintah Indonesia baru masuk di Wilayah Tanah Adat Suku Yali Tahun 2009, sementara orang Yali sudah lama mengenal Missionaris Barat dari tahun 1960 dan telah dibina oleh Missionaris.
Beranjak dari itu Sebby mengatakan, masyarakat Adat Yali (Indigenous Papuans of Yali) tidak tahu Indonesia dan juga tidak pernah ikut PEPERA (Perjanjian Pendapat Rakyat) tahun 1969. Hak Suara orang Yali tidak pernah diberikan kepada Indonesia sejak PEPERA. Hal ini sama dengan Hak Suara dari suku-suku yang baru menerima Injil Kristus, di wilayah Pegungungan Tengah, Papua. (Jubi/Musa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar